Elang Bondol
Tahukah kalian kenapa burung ini disebut elang
bondol ? Ya, karena memang jenis elang ini berbulu pendek dibagian kepalanya.
Elang bondol memiliki nama ilmiah Haliastur Indus. Di mancanegara elang ini
populer dengan nama Brahminy Kite karena ketika terbang bentuknya mirip dengan
layang - layang. Satwa ini merupakan salah satu jenis burung pemangsa (raptor)
yang sangat gagah. Tempat hidupnya adalah daerah rawa, sungai, muara, pesisir
pantai dan kepulauan, hingga daerah dengan ketinggian sampai 2.800 -
3.000 mdpl. Bagi kalian yang tinggal di propinsi DKI Jakarta,
tentu kalian tahu kalau elang ini merupakan fauna identitas propinsi kalian.
Elang ini ditetapkan menjadi maskot ibukota sejak tahun 1989. Selain di
Jakarta, burung ini juga masih dapat kalian temuai di Sumatera dan Kalimantan.
Panjang elang bondol
adalah sekitar 45 - 52 cm, lebar sayapnya antara 110 - 125 cm, panjang ekornya
antara 18 - 22 cm. Elang bondol memiliki warna putih dengan coreta hitam yang
vertikal dari kepala, leher sampai perut. Sementara bagian atas sayap sampai
ekor berwarna cokelat kemerahan. Pada elang muda, seluruh bulu badan berwarna
kecokelatan dengan dada yang bercoret, lalu berubah menjadi putih
keabu-abuan.Matanya berwarna cokelat.
Paruhnya sangat kuat dan tajam, ujungnya
yang runcing dan melengkung berwarna kekuningan. Sementara itu, tungkai dan
kakinya berwarna kuning suram. Kaki nya berbulu dan kuat dilengkapi dengan
cakar berujung runcing sehingga mampu mencengkram ikan - ikan yang sedang
berenang di permukaan laut. Pekikkannya mengelih dan mengeong - ngeong
"syi-ii-iii" atau "kwiiaa". Perbedaan antara burung muda
dengan dewasa adalah ujung ekornya bundar bukan menggarpu. Jika ingin melihat
elang bondol kalian bisa menemukannya disepanjang sungai, rawa, pantai, hutan
mangrove, atau danau sampai ketinggian 3.000 meter diatas permukaan laut. Kalian
pun dapat menemukannya di dekat pelabuhan. Mereka senang hidup berkelompok,
tetapi sering pula menyendiri. Elang bondol termasuk jenis karnivora. Mangsanya
antara lain mamalia kecil, ikan, anak ayam, katak, ular, kadal dan kelelawar,
baik yang mati maupun yang hidup.
Elang bondol yang berhabitat di wilayah Asia
Tenggara merupakan pemakan bangkai. Burung pemangsa ini mampu terbang bebas
mencapai ketinggian 3.000 meter di atas permukaan. Mereka biasanya melayang -
layang sambil mengintai mangsanya dari atas. Jika mangsanya sudah terlihat,
elang bondol langsung terbang menukik dengan kecepatan tinggi untuk menangkap
mangsanya. Setelah mangsa tertangkap, langsung dibawa ke atas pohon atau tempat
yang tinggi dan disobek - sobek dengan paruhnya.
Musim berpasangan elang bondol terjadi pada bulan
November hingga Desember. Pada saat itu, mereka sering melakukan akrobatik di
udara. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian pasangannya, baik di dekat
pasangannya maupun di dekat sarangnya. Mereka memanfaatkan pohon - pohon besar
dan tinggi untuk membangun sarang. Sarang dibangun dari ranting - ranting pohon
yang disusun rapi. Beberapa diantaranya memanfaatkan pohon yang sudah mati.
Elang bondol bertelur dua sampai tiga butir telur. Biasanya mereka bertelur dua
tahun sekali. Namun, telur yang menetas dan berhasil sampai anaknya mandiri
hanya satu ekor. Anak elang tersebut akan terus dikawal induknya hingga bisa
hidup mandiri.
Namun sayang, bisa jadi di masa mendatang kalian
tak akan menemukan burung perkasa ini lagi. Keberadaan elang bondol ini
terancam punah. Penyebab pertama adalah habitatnya yang terus berkurang.
Pembukaan pulau - pulau di Kepulauan Seribu untuk pemukiman dan tempat wisata
bahari memicu rusaknya habitat yang menjadi rumah elang bondol. Kedua, perburuan
juga menjadi salah satu pemicu hilangnya keberadaan elang bondol di Kepulauan
Seribu. Penyebab ketiga adalah lambannya elang bondol berkembang biak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar